Kamis, 12 November 2009

PELAKSANAAN MANETEK PANTAN

Pantan bisa diartikan sebagai pohon penghalang atau kayu perintang, melakukan pemotongan pantan biasanya dipergunakan dalam menyambut tamu-tamu Pejabat atau tamu terhormat dari luar daerah atau menyambut para pahlawan yang baru pulang dari medan peperangan dengan membawa kemenangan.
Acara manetek pantan mengandung dua makna yaitu:
  1. Sebagai ungkapan kebanggaan dan suka cita.
  2. Adalah memotong, mengusir, menghalau firasat-firasat buruk , mimpi buruk , gangguan penghalang dan rintangan .
Sehingga para tamu yang memotong pantan selalu mendapat per perlindungan dari Pencipta Alam Semesta atau Yang Maha Kuasa, sehingga para tamu tadi mendapat kesehatan, diperpanjangkan umur, dimurahkan rejeki dan dalam menjalankan tugas mendapat kesuksesan.
Kalau dilihat dari Zaman dulu (Zaman Nenek Moyang), pantan yang akan dipotong tersebut ada bermacam-macam sebagai berikut:
  1. Pantan Haur (bambu) diperuntukkan penyambutan bagi orang yang baru pulang dari medan perang dengan membawa kemenangan dan pantan jenisnya mempergunakan Haur Kuning (Bambu Kuning).
  2. Pantan Balanga (Tajaw) akan dipergunakan pada saat mengadakan acara Perkawinan Adat, sebagai simbol Kebangsawanan atau status sosial.
  3. Pantan Garantung (Gong) tujuannya sama dengan mempergunakan Balanga (Tajaw).
  4. Pantan Bawi yaitu menggunakan para gadis remaja biasanya dilakukan pada waktu pesta perkawianan.
  5. Pantan Bahalai (kain Panjang) dipergunakan untuk para tamu Pejabat, orang terhormat status perempuan yang sulit menggunakan Mandau.
  6. Pantan Tewu (Tebu) dipergunakan pada acara kegiatan bergotong royong saat-saat panen atau mengerjakan ladang.
Hal ini perlu sekali dikembangkan demi mengangkat Seni Budaya Dayak, nilai-nilai leluhur Nenek Moyang, supaya tetap berurat berakar dimasyarakat Dayak khususnya dan menjalin suatu persatuan kesatuan suku, Bangsa Indonesia pada umumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar